Entri Populer

Rabu, 03 April 2013

PERILAKU ORGANISASI


BAB  1

PERILAKU ORGANISASI


A.   ALAT  UNTUK  MENCAPAI  TUJUAN

Untuk dapat mencapai tujuan tersebut maka perlu dibentuk suatu organisasi yang pada pokoknya secara fungsional dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang dipersatukan dalam suatu kerjasama yang efisien untuk mencapai tujuan. Sehingga dapat dikatakan bahwa fungsi organisasi adalah sebagai alat dari manajemen untuk mencapai tujuan. Jadi, dalam rangka manajemen maka harus ada organisasi, demikian eratnya dan kekalnya (consistency) hubungan antara manajemen dan organisasi.

B.   PERILAKU ORGANISASI

Organisasi  terdiri dari kata organon yang berarti alat. Organon berasal dari bahasa yunani. Dalam kamus besar Indonesia organisasi memiliki pengertian kelompok kerja sama antara orang-orang yg diadakan untuk mencapai tujuan bersama.
Perilaku Keorganisasian merupakan bidang studi yang mempelajari tentang interaksi manusia dalam organisasi, meliputi studi secara sistimatis tentang prilaku, struktur dan proses dalam Organisasi. Organisasi diciptakan oleh manusia untuk mencapai suatu tujuan, dan pada saat yang sama manusia juga membutukan Organisasi untuk mengembangkan dirinya. Oleh sebab itu antara organisasi dengan manusia memiliki hubungankan yang saling membutuhkan dan menguntungkan. Mempelajari perilaku keorganisasian sivatyah agak abstrak, tidak menghasilkan perinsip-perinsip yang sederhana, tetapi seringkali menemui perinsip-perinsip yang komplek dimana penjelasan atau analisanya bersifat situasional. Dalam perilaku keorganisasian tidak ada prinsip-prinsip yang berlaku umum yang dapat diterapkan pada semua situasi.

C.   PENDEKATAN PENGETAHUAN PERILAKU ORGANISASI
Perdekatan yang menandai perkembangan awal dari studi perilaku yang merupakan pendekatan perspektif teoritis-makro, yakni :
a) Pendekatan tradisional
Tokoh-tokoh dalam pendekatan tradisional seperti W. Taylor dan Max Weber. Pendekatan tradisional memberikan kontribusi dalam studi manajemen antara lain :
-  Telah mengenalkan teori-teori rasional yang sebelumnya belum ada,
-  Memusatkan perhatian pada peningkatan produktifitas dan kualitas output,
-  Menyediakan mekanisme administratif yang sesuai bagi organisasi,
-  Penerapan pembagian kerja,
-  Meletakkan landasan mengenai efisiensi metode kerja dan organisasi,
-  Mengembangkan prinsip-prinsip yang umum dalam manajemen.
Pendekatan ini kemudian banyak ditinggalkan karena hanya menekankan aturan-aturan formal, spesialisasi, pembagian tanggung jawab yang jelas dengan member perhatian relatif kecil terhadap arti penting personal dan kebutuhan sosial dari individu-individu yang berada dalam organisasi.
b) Pendekatan hubungan kerja kemanusiaan (human relation approach)
Tokoh-tokoh dalam pendekatan ini seperti Elton Mayo. Pendekatan hubungan kerja kemanusiaan memberikan beberapa sumbangan pemikiran dan hipotesisi baru, antara lain :
-  Secara eksplisit pertama kali mengenalkan peranan dan pentingnya hubungan interpersonal dalam perilaku kelompok,
-  Secara kritis menguji kembali hubungan antara gaji dan motifasi,
-  Mempertanyakan anggapan bahwa masyarakat merupakan kelompok individu yang berusaha untuk memaksimalkan pemenuhan kepentingan personalnya,
-   Menunjukkan bagaimana sistem teknis dan sistem sosial saling berhubungan,
-    Menunjukkan hubungan antara kepuasan kerja dan produktifitas.
Kelemahan pendekatan ini adalah :
-  Mengesampingkan pengaruh struktur organisasi terhadap perilaku individu,
-  Memandang organisasi sebagai sistem tertutup dan mengabaikan kekuatan lingkungan politik, ekonomi, dan lingkungan yang lain,
-  Tidak menjelaskan pengaruh kesatuan kerja terhadap sikap dan perilaku          individu,
-   Meremehkan motifasi keinginan untuk berpartisipasi dalam pembuatan            keputusan dan kesadaran sendiri berkaitan dengan segala  sesuatu yang    berhubungan dengan pekerjaan,
-  Memusatkan perhatian pada pengaruh kelompok kecil namun mengabaikan   pengaruh struktur sosial yang lebih luas.
c) Pendekatan perilaku organisasi (organizational behavior approach)
Tokoh-tokoh dalam pendekatan ini adalah Thoha dan Gibson.  Thoha       menyatakan bahwa perilaku organisasi adalah secara langsung berhubungan       dengan pengertian, ramalan, dan pengendalian terhadap tingkah laku orang-        orang dalam organisasi dan bagaimana sperilaku orang-orang tersebut          mempengaruhi usaha pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan menurut          Gibson pendekatan perilaku organisasi adalah :
-   Way of thinking
Tingkat analisis pada level individu, kelompok, dan organisasi.
-   Interdisciplinary field
Memanfaatkan berbagai disiplin, model, teori, dan metode dari disiplin       yang   ada.
-   Humanistic orientation
Manusia dan segala sikap, perilaku, persepsi, kapasitas, perasaan,            dan tujuan merupakan nilai utama.
-   Performance oriented
Selalu mengarah pada performance.
-   External environment
Lingkungan eksternal mempunyai pengaruh terhadap perilaku organisasi.
-   Metode ilmiah (scientific method)
-   Application orientation
Memusatkan perhatian pada untuk menjadwal berbagai permasalahan     yang muncul dalam konteks manajemen organisasi.Perenan
Manajer Penentuan Dalam Perilaku Organisasi
Dinamika Menuju Pendekatan Perilaku Organisasi
Perdekatan yang menandai perkembangan awal dari studi perilaku           yang merupakan pendekatan perspektif teoritis-makro, yakni :
a) Pendekatan tradisional
Tokoh-tokoh dalam pendekatan tradisional seperti W. Taylor dan Max        Weber. Pendekatan tradisional memberikan kontribusi dalam studi manajemen antara lain :
-  Telah mengenalkan teori-teori rasional yang sebelumnya belum ada,
-  Memusatkan perhatian pada peningkatan produktifitas dan kualitas output,
-  Menyediakan mekanisme administratif yang sesuai bagi organisasi,
-  Penerapan pembagian kerja,
-  Meletakkan landasan mengenai efisiensi metode kerja dan organisasi,
-  Mengembangkan prinsip-prinsip yang umum dalam manajemen.
Pendekatan ini kemudian banyak ditinggalkan karena hanya          menekankan aturan-aturan formal, spesialisasi, pembagian tanggung jawab           yang jelas dengan member perhatian relatif kecil terhadap arti penting           personal dan kebutuhan sosial dari individu-individu yang berada dalam             organisasi.
b) Pendekatan hubungan kerja kemanusiaan (human relation approach)
Tokoh-tokoh dalam pendekatan ini seperti Elton Mayo. Pendekatan           hubungan     kerja kemanusiaan memberikan beberapa sumbangan       pemikiran dan          hipotesisi baru, antara lain :
-  Secara eksplisit pertama kali mengenalkan peranan dan pentingnya      hubungan interpersonal dalam perilaku kelompok,
-  Secara kritis menguji kembali hubungan antara gaji dan motifasi,
-  Mempertanyakan anggapan bahwa masyarakat merupakan kelompok    individu yang berusaha untuk memaksimalkan pemenuhan kepentingan        personalnya,
-   Menunjukkan bagaimana sistem teknis dan sistem sosial saling             berhubungan,
-    Menunjukkan hubungan antara kepuasan kerja dan produktifitas.
Kelemahan pendekatan ini adalah :
-  Mengesampingkan pengaruh struktur organisasi terhadap perilaku individu,
-  Memandang organisasi sebagai sistem tertutup dan mengabaikan kekuatan    lingkungan politik, ekonomi, dan lingkungan yang lain,
-  Tidak menjelaskan pengaruh kesatuan kerja terhadap sikap dan perilaku          individu,
-   Meremehkan motifasi keinginan untuk berpartisipasi dalam pembuatan            keputusan dan kesadaran sendiri berkaitan dengan segala  sesuatu yang    berhubungan dengan pekerjaan,
-  Memusatkan perhatian pada pengaruh kelompok kecil namun mengabaikan   pengaruh struktur sosial yang lebih luas.
c) Pendekatan perilaku organisasi (organizational behavior approach)
Tokoh-tokoh dalam pendekatan ini adalah Thoha dan Gibson. Thoha        menyatakan bahwa perilaku organisasi adalah secara langsung berhubungan       dengan pengertian, ramalan, dan pengendalian terhadap tingkah laku orang -       orang dalam organisasi dan bagaimana sperilaku orang-orang tersebut          mempengaruhi usaha pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan menurut          Gibson pendekatan perilaku organisasi adalah :
-   Way of thinking
Tingkat analisis pada level individu, kelompok, dan organisasi.
-   Interdisciplinary field
Memanfaatkan berbagai disiplin, model, teori, dan metode dari disiplin yang         ada.
-   Humanistic orientation
Manusia dan segala sikap, perilaku, persepsi, kapasitas, perasaan, dan    tujuan merupakan nilai utama.
-   Performance oriented
Selalu mengarah pada performance.
-   External environment
Lingkungan eksternal mempunyai pengaruh terhadap perilaku organisasi.
-   Metode ilmiah (scientific method)
-   Application orientation
Memusatkan perhatian pada untuk menjadwal berbagai permasalahan     yang muncul dalam konteks manajemen organisasi.
Manajer Penentuan Dalam Perilaku Organisasi
Perilaku organisasi sebagai studi atau pendekatan untuk memahami,       memprediksi, dan mengendalikan perilaku manusia di dalam organisasi            dengan memberikan tekanan pada penghargaan terhadap manusia (berpusat        pada manusia) dengan tidak mengabaikan variabal organisasional dan             senantiasa memperhatikan perubahan lingkungan serta tetap berorientasi             pada performance.
Dalam upaya pencapaian tujuan organisasi peranan manajer sangat besar. Manajer berperan dalam merencanakan, merancang, dan mengembangkan organisasi. Manajer juga mengkoordinisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan perilaku individu-individu dalam organisasi menuju tujuan organisasi.


D.   PENDEKATAN  MENGENAI  FUNGSI  ORGANISASI

Pendekatan organisasi :
Keyakinan bahwa keefektifan organisasi tidak dapat dirumuskan karena ada perbedaan pandangan, oleh karena itu, maka pemahamannya melalui suatu pendekatan yang sering diungkapkan dengan apa yang disebut :
1) Pendekatan pencapaian tujuan, menyatakan bahwa keefektifan sebuah organisasi harus dinilai dengan pencapaian tujuan ketimbang caranya.
2) Pendekatan sistim, bahwa organisasi terdiri sub bagian yang saling berhubungan, oleh karena itu dinilai berdasarkan kemampuannya untuk dan mempertahankan stabilitas dan keseimbangan.
3) Pendekatan stakeholders, dikatakan efektif apabila dapat memenuhi bagi pemilik adalah laba atau investasi, pertumbuhan penghasilan ; pegawai adalah kompensasi, tnjangan tambahan, kepuasaan pada kondisi kerja ; pelanggan adalah kepuasan terhadap harga, kualitas, pelayanan ; kreditur adalah kemampuan untuk membayar hutang.
4) Pendekatan nilai-nilai bersaing, bertitik tolak dengan assumsi terdapat apa yang disebut dengan fleksibilitas (mampu menyesuaikan diri dengan perubahan ; perolehan sumber (mampu meningkatkan dukungan dari luar dan memperluas jumlah tenaga kerja) ; perencanaan (tujuan jelas dan dipahami dengan benar) ; produktifitas (volume keluaran tinggi, rasio keluaran terhadap masukan tinggi) ; Ketersediaan informasi (saluran komunikasi membantu pemberian informasi kepada orang mengenai hal-hal yang mempengaruhi pekerjaan mereka) ; stabilitas (perasaan tenteram, kontinuitas, kegiatan berfungsi secara lancar) ; Tempat kerja yang kondusif (pegawai mempercayai, menghormati serta bekerja sama dengan yang lain) ; tenaga kerja terampil (pegawai memperoleh pelatihan, mempunyai keterampilan dan berkapasitas untuk melaksanakan pekerjaannya dengan baik).



BAB  2

PERILAKU INDIVIDU DAN PENGARUHNYA TERHADAP ORGANISASI


A. VARIABEL – VARIABEL YANG MEMPENGARUHI PERILAKU INDIVIDU

Kelompok variable individu terdiri dari variable kemampuan dan keterampilan, latar belakang pribadi dan demografis.

Menurut Gibson ( 1987 ) : Variabel kemampuan dan ketrampilan merupakan factor utama yang mempegaruhi perilaku kerja dan kinerja individu . Sedangkan variabel demografis mempunyai pegaruh yang tidak langsung .
Kelompok variabel psikologis terdiri dari variabel persepsi , sikap, kepribadian , belajar , dan motivasi.
Variabel ini menurut Gibson ( 1987 ) : banyak di pengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis.
B. TEORI DAN PRINSIP MOTIVASI
Kata motivasi diciptakan dari kata Latin "movere", yang berarti bergerak.. Motivasi didefinisikan sebagai dorongan internal yang mengaktifkan perilaku dan memberi arah. Teori motivasi istilah berkaitan dengan proses-proses yang menjelaskan mengapa dan bagaimana tingkah laku manusia diaktifkan dan diarahkan. hal ini dianggap sebagai salah satu daerah yang paling penting studi di bidang perilaku organisasi. Ada dua kategori yang berbeda dari teori-teori motivasi seperti teori konten, dan teori proses. Meskipun terdapat berbagai teori motivasi, tak satu pun dari mereka secara universal diterima.

            Juga dikenal sebagai teori kebutuhan, teori konten motivasi terutama berfokus pada faktor-faktor internal yang memberi energi dan mengarahkan perilaku manusia. Hierarki Maslow kebutuhan, Alderfer's ERG teori, Herzeberg's motivator-teori kebersihan (faktor ganda Herzeberg teori), dan kebutuhan belajar McClelland atau tiga-teori kebutuhan adalah beberapa konten utama teori. (Romando, Richard "Motivation Theory." Motivation Theory. EzineArticles.com 8 Januari 2007)

            Motivasi organisasi adalah suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus tercapai. Berbagai istilah digunakan untuk menyebut kata ‘motivasi’ (motivation) atau motif, antara lain kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish), dan dorongan (drive). Dalam hal ini, akan digunakan istilah motivasi yang diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.

• PRINSIP-PRINSIP ORGANISASI

1) Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas.
Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, dengan demikian tidak mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan. Misalnya, organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas sebagai suatu organisasi, mempunyai tujuan yang ingin dicapai antara lain, memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan lain lain.

2) Prinsip Skala Hirarkhi.
Dalam suatu organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan, pembantu pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas dalam pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban, dan akan menunjang efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.

3) Prinsip Kesatuan Perintah.
Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab kepada seorang atasan saja.

4) Prinsip Pendelegasian Wewenang.
Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin tercapainya hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian, wewenang yang dilimpahkan meliputi kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan dengan orang lain, dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih dahulu kepada atasannya lagi.

5) Prinsip Pertanggungjawaban.
Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai harus bertanggung jawab sepenuhnya kepada atasan.

6) Prinsip Pembagian Pekerjaan.
Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan kepada kemampuan dan keahlian dari masing-masing pegawai. Adanya kejelasan dalam pembagian tugas, akan memperjelas dalam pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, serta menunjang efektivitas jalannya organisasi.

7) Prinsip Rentang Pengendalian.
Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh seorang atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk dan tipe organisasi, semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang cukup banyak, semakin kompleks rentang pengendaliannya.

8) Prinsip Fungsional.
Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional harus jelas tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung jawab dari pekerjaannya.

9) Prinsip Pemisahan.
Bahwa beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya kepada orang lain.

10) Prinsip Keseimbangan.
Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi. Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan diwujudkan melalui aktivitas/ kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi yang aktivitasnya sederhana (tidak kompleks) contoh ‘koperasi di suatu desa terpencil’, struktur organisasinya akan berbeda dengan organisasi koperasi yang ada di kota besar seperti di Jakarta, Bandung, atau Surabaya.

11) Prinsip Fleksibilitas
Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan dinamika organisasi sendiri (internal factor) dan juga karena adanya pengaruh di luar organisasi (external factor), sehingga organisasi mampu menjalankan fungsi dalam mencapai tujuannya.

12) Prinsip Kepemimpinan.
Dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya kepemimpinan, atau dengan kata lain organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya proses kepemimpinan yang digerakan oleh pemimpin organisasi tersebut.

C. PENERAPAN MOTIVASI DALAM ORGANISASI

Motivasi  merupakan  hal  yang  sangat  diperlukan dalam sebuah organisasi karena tanpa adanyamotivasi dalam organisasi akan sulit organisasi tersebut dalam mencapai tujuannya, dengan menerapkan motivasi dalam organisasi maka disuatu organisasi tersebut akan terciptanya komunikasiyang baik dan kerjasama yang baik antara anggota dan pemimpinnya, terbuka dan transparan.Secara individual, upaya motivasi bisa dilakukan melalui upaya-upaya mengontrol, menilai lalumemotivasi diri sendiri. Namun, ada kalanya kesadaran untuk memotivasi diri tidak muncul dalamdiri seseorang, karena itu diperlukan motivasi eksternal yang bisa berasal dari atas, keluarga, rekansejawat, guru dan lainnya.

E.      TEKANAN (STRESS) INDIVIDU

Stres adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.[1] Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat.

SUMBER : WIKIPEDIA





















 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB  3

PERILAKU KELOMPOK DAN INTERPERSONAL


A.   BERBAGAI PERSPEKTIF TERHADAP KELOMPOK

Ada banyak teori yang dapat dipadankan dengan terbentuknya suatu kelompok, begitu pula presfektif teori tentang kelompok yang muncul, dimulai dengan teori interaksionis atau teori interaksi, terori presfektif funsional, presfektif teori konflik, teori pertukaran sosial dan teori kogitif. Dalam perjalanannya teori ini terus berkmbang dikarenakan ilmu sosial tidak memiliki batas dan kemampuan manusia dalam sebuah kelompok akan selalu dinamis dan tidak satagnan.


B.   JENIS – JENIS KELOMPOK

Jenis atau tipe kelompok itu sendiri sangat beragam. Begitu beragamnya sehingga sulit dibuat satu penggolongan yang baku. Penggolongan kelompok sangat bergantung pada tujuan penggolongan itu sendiri, antara lain sebagai berikut:

1).Kelompok formal: organisasi militer, perusahaan, kantor kecamatan.
Kelompok non-formal: arisan, geng, kelompok belajar, teman-teman bermain sepakbola.

2).Kelompok kecil: dua sahabat, keluarga, kelas.
Kelompok besar: divisi tentara, suku bangsa, bangsa.

3).Kelompok jangka pendek: panitia, penumpang sebuah kendaraan umum, orang-orang yang membantu memadamkan kebakaran atau menolong korban banjir.
Kelompok jangka panjang: bangsa, keluarga, tentara, sekolah

4).Kelompok kohesif (hubungan erat antar anggota): keluarga, panitia, sahabat, rombongan ibadah haji.
Kelompok tidak kohesif: penonton bioskop, pembaca majalah, jamaah shalat jumat.

5).Kelompok agresif: mahasiswa tawuran, penumpang kereta api mengeroyok pencopet, demonstran, pengunjuk rasa.
Kelompok konvensional: jamaah haji, jamaah shalat jumat, penonton wayang kulit, pengendaran mobil di jalan raya, tamu undangan pernikahan, penonton konser musik jazz.
Kelompok ekpresif: penonton musik rock, peserta rapat umum partai politik.

6).Kelompok dengan identitas bersama: keluarga, kesatuan ABRI, perusahaan, sekolah, universitas.
Kelompok tanpa identitas bersama: penonton, jamaah, penumpang bus.

7).Kelompok individual-otonomus: masyarakat kota besar, perusahaan dengan sistem manajemen berat.
Kelompok kolektif-relational: masyarakat pedesaan, perusahaan dengan manajemen timur (misalnya, perusahaan jepang), keluarga besar. Kelompok ini mempunyai identitas kelompok yang kuat.

8).Kelompok yang berbudaya tunggal (adat, tata susila, agama, hukum atau norma lainnya seragam): masyarakat pedesaan tradisional, perusahaan, organisasi militer, keluarga yang berasal dari lingkungan budaya bersama.
Kelompok berbudaya majemuk: masyarakat perkotaan, parta politik, keluarga antar agama.

9).Kelompok laki-laki: tim sepak bola, pasukan komando, geng laki-laki, jamaah shalat jumat.
Kelompok perempuan: tim sepak bola perempuan,  polisi wanita, korps wanita ABRI, lembaga bantuan hukum untuk wanita, himpunan wanita karya.

10).Kelompok konsumen: yayasan lembaga konsumen, persatuan penggemar mobil, kelombok ibu rumah tangga.
Kelompok produsen, pengusaha atau profesi: asosiasi kayu, persatuan hotel dan restoran, ikatan dokter, ikatan sarjana ekonomi, persatuan guru.

11).Kelompok persahabatan: arisan, teman bermain, kumpulan sahabat, kelompok golf, paguyuban alumni SMA.
Kelompok yang telibat dalam tujuan bersama: perusahaan, yayasan, instansi pemerintah.

Referensi: Buku "Psikologi Sosial", karangan: Sarlito Wirawan Sarwono, Penerbit: Balai Pustaka, Jakarta 2005.

C.   MOTIVASI PEMBENTUKAN KELOMPOK

  • Pembentukan kelompok diawali dengan adanya persepsi atau perasaan yang sama untuk memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan adanya motivasi untuk memenuhinya, lalu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah kelompok.
  • Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik. tetapi kesamaan di antara anggota – anggotanya. seseorang lebih menyenangi berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. misalnya kesamaan minat, kepercayaan, hobi, usia dsb.
  • Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing – masing anggota ( siapa yang menjadi ketua atau anggota ).
  • Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan konflik. Perpecahan yang terjadi biasanya bersifat sementara karena kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan kelompok. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi.
  • setelah adanya interaksi biasanya dalam sebuah kelompok terdapat norma sosial. norma terbentuk dari proses akumulatif interaksi kelompok.
sumber : wikipedia

D.   TAHAP – TAHAP PENGEMBANGAN KELOMPOK

Tahap Pembentukan ( Forming)
Tahap pertama dalam perkembangan kelompok dengan cirri banyaknya ketidakpastian mengenai: Maksud,struktur,dan kepemimpinan kelompok.para anggota menguji coba untuk menentukan tipe-tipe perilaku yang dapat diterima secara baik oleh kelompok.tahap ini terakhir pada saat para anggota mulai berfikir,bahwa mereka merupakan bagian dari suatu kelompok.
2.      Tahap Keributan (Stroming)
Ditandai oleh adanya konflik didalam kelompok.para anggota menerima secara baik eksistensi kelompok,tetapi melawankendala-kendala yang dikenakan oleh kelompok terhadap individualitas.lebih lanjut ada konflik mengenai siapa yang akan mengendalikan kelompok.tahap ini terakhir bila terdapat suatu hirarki yang relative lebih jelas dari kepemimpinan kelompok.
3.      Tahap Penormaan ( Norming)
Ditandai oleh berkembangnya hubungan yang karib,dan kelompok memperagakan kekohesifannya (kesalingtertarikannya / cohesiveness).ada rasa yang kuat akan identitas kelompok dan persahabatan.tahap ini selesai bilastruktur kelompok telah kokoh dan kelompok telah menyerap perangkat pengharapan dari apa yang didefinisikan oleh perilaku anggota yang benar.
4.      Tahap Pelaksanaan / Pengerjaan (Perfoming)
Ditandai oleh struktur yang telah sepenuhnya berfungsidan diterima dengan baik.energi kelompok telah bergeser dari mencoba mengerti dan memahami satu sama lain kepelaksanaan tugas di masa mendatang.
5.      Tahap Penundaan (Adjourning)
Pada tahap ini kelompok mempersiapkan pembubaran.kinerja tugas yang tinggi tidak lagi merupakan prioritas puncak kelompok yang berada pada tahapan ke 5 ini.sebagai gantinya perhatian diarahkan kepada penyelesaian aktivitas-aktivitas.respon anggota kelompok beraneka ragam,beberapa merasa puas,bersenang-senang dalam prestasi kelompok,yang lainnya mungking murung karena akan hilangnya persahabatan yang telah diperoleh selama kehidupan kerja kelompok.

E.   CIRI – CIRI KELOMPOK

Dalam kelompok dibagi beberapa ciri – ciri sebagai berikut :
1. Terdapat dorongan atau motif yang sama antar individu satu dengan yang lain (dapat menyebabkan terjadinya interaksi dalam mencapai tujuan yang sama)

2.  Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu satu dengan yang lain berdasarkan rasa dan kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat di dalamnya.
                  3.  Adanya penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok        yang jelas dan terdiri dari peranan-peranan dan kedudukan masing-masing
                  dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang ada.
                  5. Berlangsungnya suatu kepentingan
                  6.  Adannya pergerakan yang dinamika.

F.    KONSEP PERAN
                        Individu sebagai makhluk sosial tidak bisa dihindarkan dengan       interaksi sosial         dan bentuk-bentuk interaksi sosial yang dijalin. Dilain        pihak individu juga tidak dapat lepas dari situasi tempat ia berada dan situasi          ini sangat berpengaruh terhadap kelompok yang terbentuk akibat situasi            tersebut.

G.   MODEL TERPADU DARI PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN KELOMPOK

Pengertian pembelajaran terpadu:
            Pembelajaran terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan. Salah satu diantaranya adalah memadukan pokok bahasan atau sub pokok bahasan atau bidang studi, keterangan seperti ini disebut juga dengan kurikulum (DEPDIKBUD, 1990: 3), atau pengajaran lintas bidang studi (Maryanto, 1994: 3).
            Secara umum pembelajaran terpadu pada prinsipnya terfokus pada pengembangan perkembangan kemampuat siswa secara optimal, oleh karena itu dibutuhkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat pengalaman langsung dalam proses belajarnya, hal ini dapat menambah daya kemampuan siswa semakin kuat tentang hal-hal yang dipelajarinya.pembelajaran terpadu juga suatu model pembelajaran yang dapat dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.dikatakan bermakna pada pembelajaran terpadu artinya,siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu mulai pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah mereka pahami.hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh tim pengembang D-2 PGSD dan S-2 pendidikan dasar (1997 : 17) yang mengatakan bahwa “ pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa” Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar