BAB 1
PERILAKU ORGANISASI
A.
ALAT UNTUK MENCAPAI
TUJUAN
Untuk dapat mencapai
tujuan tersebut maka perlu dibentuk suatu organisasi yang pada pokoknya secara
fungsional dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang dipersatukan dalam
suatu kerjasama yang efisien untuk mencapai tujuan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa fungsi organisasi adalah sebagai alat dari manajemen untuk mencapai
tujuan. Jadi, dalam rangka manajemen maka harus ada organisasi, demikian
eratnya dan kekalnya (consistency) hubungan antara manajemen dan organisasi.
B.
PERILAKU
ORGANISASI
Organisasi terdiri dari kata organon yang
berarti alat. Organon berasal dari bahasa yunani. Dalam kamus besar Indonesia
organisasi memiliki pengertian kelompok kerja sama antara orang-orang yg
diadakan untuk mencapai tujuan bersama.
Perilaku Keorganisasian merupakan bidang studi yang
mempelajari tentang interaksi manusia dalam organisasi, meliputi studi secara
sistimatis tentang prilaku, struktur dan proses dalam Organisasi. Organisasi
diciptakan oleh manusia untuk mencapai suatu tujuan, dan pada saat yang sama
manusia juga membutukan Organisasi untuk mengembangkan dirinya. Oleh sebab itu
antara organisasi dengan manusia memiliki hubungankan yang saling membutuhkan
dan menguntungkan. Mempelajari perilaku keorganisasian sivatyah agak abstrak,
tidak menghasilkan perinsip-perinsip yang sederhana, tetapi seringkali menemui
perinsip-perinsip yang komplek dimana penjelasan atau analisanya bersifat
situasional. Dalam perilaku keorganisasian tidak ada prinsip-prinsip yang
berlaku umum yang dapat diterapkan pada semua situasi.
C.
PENDEKATAN
PENGETAHUAN PERILAKU ORGANISASI
Perdekatan
yang menandai perkembangan awal dari studi perilaku yang merupakan pendekatan
perspektif teoritis-makro, yakni :
a)
Pendekatan tradisional
Tokoh-tokoh
dalam pendekatan tradisional seperti W. Taylor dan Max Weber. Pendekatan
tradisional memberikan kontribusi dalam studi manajemen antara lain :
-
Telah mengenalkan teori-teori rasional yang sebelumnya belum ada,
-
Memusatkan perhatian pada peningkatan produktifitas dan kualitas output,
-
Menyediakan mekanisme administratif yang sesuai bagi organisasi,
-
Penerapan pembagian kerja,
-
Meletakkan landasan mengenai efisiensi metode kerja dan organisasi,
-
Mengembangkan prinsip-prinsip yang umum dalam manajemen.
Pendekatan
ini kemudian banyak ditinggalkan karena hanya menekankan aturan-aturan formal,
spesialisasi, pembagian tanggung jawab yang jelas dengan member perhatian
relatif kecil terhadap arti penting personal dan kebutuhan sosial dari individu-individu
yang berada dalam organisasi.
b)
Pendekatan hubungan kerja kemanusiaan (human relation approach)
Tokoh-tokoh
dalam pendekatan ini seperti Elton Mayo. Pendekatan hubungan kerja kemanusiaan
memberikan beberapa sumbangan pemikiran dan hipotesisi baru, antara lain :
-
Secara eksplisit pertama kali mengenalkan peranan dan pentingnya hubungan
interpersonal dalam perilaku kelompok,
-
Secara kritis menguji kembali hubungan antara gaji dan motifasi,
-
Mempertanyakan anggapan bahwa masyarakat merupakan kelompok individu yang
berusaha untuk memaksimalkan pemenuhan kepentingan personalnya,
-
Menunjukkan bagaimana sistem teknis dan sistem sosial saling berhubungan,
-
Menunjukkan hubungan antara kepuasan kerja dan produktifitas.
Kelemahan
pendekatan ini adalah :
-
Mengesampingkan pengaruh struktur organisasi terhadap perilaku individu,
-
Memandang organisasi sebagai sistem tertutup dan mengabaikan kekuatan
lingkungan politik, ekonomi, dan lingkungan yang lain,
- Tidak menjelaskan
pengaruh kesatuan kerja terhadap sikap dan perilaku individu,
- Meremehkan
motifasi keinginan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan dan kesadaran sendiri berkaitan dengan
segala sesuatu yang berhubungan
dengan pekerjaan,
- Memusatkan perhatian
pada pengaruh kelompok kecil namun mengabaikan pengaruh
struktur sosial yang lebih luas.
c) Pendekatan perilaku
organisasi (organizational behavior approach)
Tokoh-tokoh dalam pendekatan
ini adalah Thoha dan Gibson. Thoha menyatakan bahwa perilaku organisasi
adalah secara langsung berhubungan dengan
pengertian, ramalan, dan pengendalian terhadap tingkah laku orang- orang dalam organisasi dan bagaimana
sperilaku orang-orang tersebut mempengaruhi
usaha pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan menurut Gibson pendekatan perilaku organisasi adalah :
- Way of thinking
Tingkat analisis pada level
individu, kelompok, dan organisasi.
-
Interdisciplinary field
Memanfaatkan berbagai
disiplin, model, teori, dan metode dari disiplin yang ada.
- Humanistic
orientation
Manusia dan segala sikap,
perilaku, persepsi, kapasitas, perasaan, dan
tujuan merupakan nilai utama.
- Performance
oriented
Selalu mengarah pada
performance.
- External
environment
Lingkungan eksternal
mempunyai pengaruh terhadap perilaku organisasi.
- Metode ilmiah
(scientific method)
- Application
orientation
Memusatkan perhatian pada
untuk menjadwal berbagai permasalahan yang
muncul dalam konteks manajemen organisasi.Perenan
Manajer Penentuan
Dalam Perilaku Organisasi
Dinamika Menuju
Pendekatan Perilaku Organisasi
Perdekatan yang menandai
perkembangan awal dari studi perilaku yang
merupakan pendekatan perspektif teoritis-makro, yakni :
a) Pendekatan tradisional
Tokoh-tokoh dalam pendekatan
tradisional seperti W. Taylor dan Max Weber.
Pendekatan tradisional memberikan kontribusi dalam studi manajemen antara lain :
- Telah mengenalkan
teori-teori rasional yang sebelumnya belum ada,
- Memusatkan perhatian
pada peningkatan produktifitas dan kualitas output,
- Menyediakan mekanisme
administratif yang sesuai bagi organisasi,
- Penerapan pembagian
kerja,
- Meletakkan landasan
mengenai efisiensi metode kerja dan organisasi,
- Mengembangkan
prinsip-prinsip yang umum dalam manajemen.
Pendekatan ini kemudian
banyak ditinggalkan karena hanya menekankan
aturan-aturan formal, spesialisasi, pembagian tanggung jawab yang jelas dengan member perhatian
relatif kecil terhadap arti penting personal
dan kebutuhan sosial dari individu-individu yang berada dalam organisasi.
b) Pendekatan hubungan kerja
kemanusiaan (human relation approach)
Tokoh-tokoh dalam pendekatan
ini seperti Elton Mayo. Pendekatan hubungan
kerja kemanusiaan memberikan beberapa
sumbangan pemikiran dan hipotesisi baru, antara lain :
- Secara eksplisit
pertama kali mengenalkan peranan dan pentingnya hubungan interpersonal dalam perilaku kelompok,
- Secara kritis menguji
kembali hubungan antara gaji dan motifasi,
- Mempertanyakan
anggapan bahwa masyarakat merupakan kelompok individu
yang berusaha untuk memaksimalkan pemenuhan kepentingan personalnya,
- Menunjukkan
bagaimana sistem teknis dan sistem sosial saling berhubungan,
-
Menunjukkan hubungan antara kepuasan kerja dan produktifitas.
Kelemahan pendekatan ini
adalah :
- Mengesampingkan
pengaruh struktur organisasi terhadap perilaku individu,
- Memandang organisasi
sebagai sistem tertutup dan mengabaikan kekuatan lingkungan politik, ekonomi, dan lingkungan yang lain,
- Tidak menjelaskan
pengaruh kesatuan kerja terhadap sikap dan perilaku individu,
- Meremehkan
motifasi keinginan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan dan kesadaran sendiri berkaitan dengan
segala sesuatu yang berhubungan
dengan pekerjaan,
- Memusatkan perhatian
pada pengaruh kelompok kecil namun mengabaikan pengaruh
struktur sosial yang lebih luas.
c) Pendekatan perilaku
organisasi (organizational behavior approach)
Tokoh-tokoh dalam pendekatan
ini adalah Thoha dan Gibson. Thoha menyatakan
bahwa perilaku organisasi adalah secara langsung berhubungan dengan pengertian, ramalan, dan
pengendalian terhadap tingkah laku orang - orang
dalam organisasi dan bagaimana sperilaku orang-orang tersebut mempengaruhi usaha pencapaian tujuan
organisasi. Sedangkan menurut Gibson
pendekatan perilaku organisasi adalah :
- Way of thinking
Tingkat analisis pada level
individu, kelompok, dan organisasi.
-
Interdisciplinary field
Memanfaatkan berbagai
disiplin, model, teori, dan metode dari disiplin yang ada.
- Humanistic
orientation
Manusia dan segala sikap,
perilaku, persepsi, kapasitas, perasaan, dan tujuan
merupakan nilai utama.
- Performance
oriented
Selalu mengarah pada
performance.
-
External environment
Lingkungan eksternal
mempunyai pengaruh terhadap perilaku organisasi.
- Metode ilmiah
(scientific method)
- Application
orientation
Memusatkan perhatian pada
untuk menjadwal berbagai permasalahan yang
muncul dalam konteks manajemen organisasi.
Manajer Penentuan
Dalam Perilaku Organisasi
Perilaku organisasi sebagai
studi atau pendekatan untuk memahami, memprediksi,
dan mengendalikan perilaku manusia di dalam organisasi dengan memberikan tekanan pada penghargaan terhadap
manusia (berpusat pada manusia)
dengan tidak mengabaikan variabal organisasional dan senantiasa memperhatikan perubahan lingkungan serta tetap
berorientasi pada performance.
Dalam upaya
pencapaian tujuan organisasi peranan manajer sangat besar. Manajer berperan
dalam merencanakan, merancang, dan mengembangkan organisasi. Manajer juga
mengkoordinisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan perilaku individu-individu
dalam organisasi menuju tujuan organisasi.
D.
PENDEKATAN MENGENAI
FUNGSI ORGANISASI
Pendekatan organisasi :
Keyakinan bahwa keefektifan
organisasi tidak dapat dirumuskan karena ada perbedaan pandangan, oleh karena
itu, maka pemahamannya melalui suatu pendekatan yang sering diungkapkan dengan
apa yang disebut :
1) Pendekatan pencapaian
tujuan, menyatakan bahwa keefektifan sebuah organisasi harus dinilai dengan
pencapaian tujuan ketimbang caranya.
2) Pendekatan sistim, bahwa
organisasi terdiri sub bagian yang saling berhubungan, oleh karena itu dinilai
berdasarkan kemampuannya untuk dan mempertahankan stabilitas dan keseimbangan.
3) Pendekatan stakeholders,
dikatakan efektif apabila dapat memenuhi bagi pemilik adalah laba atau
investasi, pertumbuhan penghasilan ; pegawai adalah kompensasi, tnjangan
tambahan, kepuasaan pada kondisi kerja ; pelanggan adalah kepuasan terhadap
harga, kualitas, pelayanan ; kreditur adalah kemampuan untuk membayar hutang.
4) Pendekatan nilai-nilai
bersaing, bertitik tolak dengan assumsi terdapat apa yang disebut dengan
fleksibilitas (mampu menyesuaikan diri dengan perubahan ; perolehan sumber
(mampu meningkatkan dukungan dari luar dan memperluas jumlah tenaga kerja) ;
perencanaan (tujuan jelas dan dipahami dengan benar) ; produktifitas (volume
keluaran tinggi, rasio keluaran terhadap masukan tinggi) ; Ketersediaan
informasi (saluran komunikasi membantu pemberian informasi kepada orang
mengenai hal-hal yang mempengaruhi pekerjaan mereka) ; stabilitas (perasaan
tenteram, kontinuitas, kegiatan berfungsi secara lancar) ; Tempat kerja yang
kondusif (pegawai mempercayai, menghormati serta bekerja sama dengan yang lain)
; tenaga kerja terampil (pegawai memperoleh pelatihan, mempunyai keterampilan
dan berkapasitas untuk melaksanakan pekerjaannya dengan baik).
BAB 2
PERILAKU INDIVIDU DAN PENGARUHNYA TERHADAP ORGANISASI
A. VARIABEL – VARIABEL YANG
MEMPENGARUHI PERILAKU INDIVIDU
Kelompok variable individu terdiri dari variable kemampuan dan
keterampilan, latar belakang pribadi dan demografis.
Menurut Gibson (
1987 ) : Variabel kemampuan dan ketrampilan merupakan factor utama yang
mempegaruhi perilaku kerja dan kinerja individu . Sedangkan variabel demografis
mempunyai pegaruh yang tidak langsung .
Kelompok variabel psikologis terdiri
dari variabel persepsi , sikap, kepribadian , belajar , dan motivasi.
Variabel ini menurut Gibson ( 1987 )
: banyak di pengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja
sebelumnya dan variabel demografis.
B. TEORI DAN PRINSIP MOTIVASI
Kata motivasi
diciptakan dari kata Latin "movere", yang berarti bergerak.. Motivasi
didefinisikan sebagai dorongan internal yang mengaktifkan perilaku dan memberi
arah. Teori motivasi istilah berkaitan dengan proses-proses yang menjelaskan
mengapa dan bagaimana tingkah laku manusia diaktifkan dan diarahkan. hal ini
dianggap sebagai salah satu daerah yang paling penting studi di bidang perilaku
organisasi. Ada dua kategori yang berbeda dari teori-teori motivasi seperti
teori konten, dan teori proses. Meskipun terdapat berbagai teori motivasi, tak
satu pun dari mereka secara universal diterima.
Juga dikenal sebagai teori
kebutuhan, teori konten motivasi terutama berfokus pada faktor-faktor internal
yang memberi energi dan mengarahkan perilaku manusia. Hierarki Maslow
kebutuhan, Alderfer's ERG teori, Herzeberg's motivator-teori kebersihan (faktor
ganda Herzeberg teori), dan kebutuhan belajar McClelland atau tiga-teori
kebutuhan adalah beberapa konten utama teori. (Romando, Richard
"Motivation Theory." Motivation Theory. EzineArticles.com 8 Januari
2007)
Motivasi organisasi adalah
suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja
secara berhasil, sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi
sekaligus tercapai. Berbagai istilah digunakan untuk menyebut kata ‘motivasi’
(motivation) atau motif, antara lain kebutuhan (need), desakan (urge),
keinginan (wish), dan dorongan (drive). Dalam hal ini, akan digunakan istilah
motivasi yang diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong
keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai
tujuan.
• PRINSIP-PRINSIP
ORGANISASI
1) Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas.
Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, dengan
demikian tidak mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan. Misalnya,
organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas sebagai suatu
organisasi, mempunyai tujuan yang ingin dicapai antara lain, memberikan
pelayanan kesehatan yang berkualitas dan lain lain.
2) Prinsip Skala Hirarkhi.
Dalam suatu organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan,
pembantu pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas dalam
pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban, dan akan menunjang efektivitas
jalannya organisasi secara keseluruhan.
3) Prinsip Kesatuan Perintah.
Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab kepada
seorang atasan saja.
4) Prinsip Pendelegasian Wewenang.
Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan pekerjaannya,
sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada bawahannya. Pejabat yang
diberi wewenang harus dapat menjamin tercapainya hasil yang diharapkan. Dalam
pendelegasian, wewenang yang dilimpahkan meliputi kewenangan dalam pengambilan
keputusan, melakukan hubungan dengan orang lain, dan mengadakan tindakan tanpa
minta persetujuan lebih dahulu kepada atasannya lagi.
5) Prinsip Pertanggungjawaban.
Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai harus bertanggung jawab sepenuhnya kepada
atasan.
6) Prinsip Pembagian Pekerjaan.
Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas atau
kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan
pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan kepada kemampuan dan keahlian dari
masing-masing pegawai. Adanya kejelasan dalam pembagian tugas, akan memperjelas
dalam pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, serta menunjang efektivitas
jalannya organisasi.
7) Prinsip Rentang Pengendalian.
Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh seorang
atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk
dan tipe organisasi, semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang
cukup banyak, semakin kompleks rentang pengendaliannya.
8) Prinsip Fungsional.
Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional harus jelas
tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung jawab dari
pekerjaannya.
9) Prinsip Pemisahan.
Bahwa beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya
kepada orang lain.
10) Prinsip Keseimbangan.
Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi.
Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan tujuan dari
organisasi tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan diwujudkan melalui
aktivitas/ kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi yang aktivitasnya sederhana
(tidak kompleks) contoh ‘koperasi di suatu desa terpencil’, struktur
organisasinya akan berbeda dengan organisasi koperasi yang ada di kota besar
seperti di Jakarta, Bandung, atau Surabaya.
11) Prinsip Fleksibilitas
Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan sesuai
dengan dinamika organisasi sendiri (internal factor) dan juga karena adanya
pengaruh di luar organisasi (external factor), sehingga organisasi mampu
menjalankan fungsi dalam mencapai tujuannya.
12) Prinsip Kepemimpinan.
Dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya kepemimpinan, atau dengan
kata lain organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya proses
kepemimpinan yang digerakan oleh pemimpin organisasi tersebut.
C. PENERAPAN MOTIVASI
DALAM ORGANISASI
Motivasi merupakan hal yang
sangat diperlukan dalam sebuah organisasi karena
tanpa adanyamotivasi dalam organisasi akan sulit organisasi tersebut dalam
mencapai tujuannya, dengan menerapkan motivasi dalam organisasi
maka disuatu organisasi tersebut akan terciptanya komunikasiyang baik dan
kerjasama yang baik antara anggota dan pemimpinnya, terbuka dan transparan.Secara
individual, upaya motivasi bisa dilakukan melalui upaya-upaya mengontrol,
menilai lalumemotivasi diri sendiri. Namun, ada kalanya kesadaran untuk
memotivasi diri tidak muncul dalamdiri seseorang, karena itu diperlukan
motivasi eksternal yang bisa berasal dari atas, keluarga, rekansejawat, guru
dan lainnya.
E.
TEKANAN
(STRESS) INDIVIDU
Stres adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat
seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan
apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang
hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.[1] Stress adalah beban
rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan
kurang terkontrol secara sehat.
SUMBER : WIKIPEDIA
BAB
3
PERILAKU KELOMPOK DAN INTERPERSONAL
A. BERBAGAI
PERSPEKTIF TERHADAP KELOMPOK
Ada banyak teori yang dapat dipadankan dengan terbentuknya suatu kelompok,
begitu pula presfektif teori tentang kelompok yang muncul, dimulai dengan teori
interaksionis atau teori interaksi, terori presfektif funsional, presfektif
teori konflik, teori pertukaran sosial dan teori kogitif. Dalam perjalanannya
teori ini terus berkmbang dikarenakan ilmu sosial tidak memiliki batas dan
kemampuan manusia dalam sebuah kelompok akan selalu dinamis dan tidak satagnan.
B. JENIS
– JENIS KELOMPOK
Jenis
atau tipe kelompok itu sendiri sangat beragam. Begitu beragamnya sehingga sulit
dibuat satu penggolongan yang baku. Penggolongan kelompok sangat bergantung
pada tujuan penggolongan itu sendiri, antara lain sebagai berikut:
1).Kelompok formal: organisasi militer, perusahaan, kantor
kecamatan.
Kelompok non-formal: arisan, geng, kelompok belajar,
teman-teman bermain sepakbola.
2).Kelompok kecil: dua sahabat, keluarga, kelas.
Kelompok besar: divisi tentara, suku bangsa, bangsa.
3).Kelompok jangka pendek: panitia, penumpang sebuah
kendaraan umum, orang-orang yang membantu memadamkan kebakaran atau menolong
korban banjir.
Kelompok jangka panjang: bangsa, keluarga, tentara,
sekolah
4).Kelompok kohesif (hubungan erat antar anggota):
keluarga, panitia, sahabat, rombongan ibadah haji.
Kelompok tidak kohesif: penonton bioskop, pembaca majalah,
jamaah shalat jumat.
5).Kelompok agresif: mahasiswa tawuran, penumpang kereta
api mengeroyok pencopet, demonstran, pengunjuk rasa.
Kelompok konvensional: jamaah haji, jamaah shalat jumat,
penonton wayang kulit, pengendaran mobil di jalan raya, tamu undangan
pernikahan, penonton konser musik jazz.
Kelompok ekpresif: penonton musik rock, peserta rapat umum
partai politik.
6).Kelompok dengan identitas bersama: keluarga, kesatuan
ABRI, perusahaan, sekolah, universitas.
Kelompok tanpa identitas bersama: penonton, jamaah,
penumpang bus.
7).Kelompok individual-otonomus: masyarakat kota besar,
perusahaan dengan sistem manajemen berat.
Kelompok kolektif-relational: masyarakat pedesaan, perusahaan
dengan manajemen timur (misalnya, perusahaan jepang), keluarga besar. Kelompok
ini mempunyai identitas kelompok yang kuat.
8).Kelompok yang berbudaya tunggal (adat, tata susila,
agama, hukum atau norma lainnya seragam): masyarakat pedesaan tradisional,
perusahaan, organisasi militer, keluarga yang berasal dari lingkungan budaya
bersama.
Kelompok berbudaya majemuk: masyarakat perkotaan, parta
politik, keluarga antar agama.
9).Kelompok laki-laki: tim sepak bola, pasukan komando,
geng laki-laki, jamaah shalat jumat.
Kelompok perempuan: tim sepak bola perempuan, polisi
wanita, korps wanita ABRI, lembaga bantuan hukum untuk wanita, himpunan wanita
karya.
10).Kelompok konsumen: yayasan lembaga konsumen, persatuan
penggemar mobil, kelombok ibu rumah tangga.
Kelompok produsen, pengusaha atau profesi: asosiasi kayu,
persatuan hotel dan restoran, ikatan dokter, ikatan sarjana ekonomi, persatuan
guru.
11).Kelompok persahabatan: arisan, teman bermain, kumpulan
sahabat, kelompok golf, paguyuban alumni SMA.
Kelompok yang telibat dalam tujuan bersama: perusahaan,
yayasan, instansi pemerintah.
Referensi: Buku "Psikologi Sosial", karangan:
Sarlito Wirawan Sarwono, Penerbit: Balai Pustaka, Jakarta 2005.
C. MOTIVASI
PEMBENTUKAN KELOMPOK
- Pembentukan
kelompok diawali dengan adanya persepsi atau perasaan yang sama untuk
memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan adanya motivasi untuk memenuhinya,
lalu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan
yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah
kelompok.
- Pembentukan
kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik. tetapi
kesamaan di antara anggota – anggotanya. seseorang lebih menyenangi
berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. misalnya
kesamaan minat, kepercayaan, hobi, usia dsb.
- Pembentukan
kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing – masing anggota (
siapa yang menjadi ketua atau anggota ).
- Interaksi
yang terjadi suatu saat akan memunculkan konflik. Perpecahan yang terjadi
biasanya bersifat sementara karena kesadaran arti pentingnya kelompok
tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri demi
kepentingan kelompok. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan
dalam kelompok mudah terjadi.
- setelah
adanya interaksi biasanya dalam sebuah kelompok terdapat norma sosial.
norma terbentuk dari proses akumulatif interaksi kelompok.
sumber :
wikipedia
D. TAHAP
– TAHAP PENGEMBANGAN KELOMPOK
Tahap Pembentukan ( Forming)
Tahap
pertama dalam perkembangan kelompok dengan cirri banyaknya ketidakpastian
mengenai: Maksud,struktur,dan kepemimpinan kelompok.para anggota menguji coba
untuk menentukan tipe-tipe perilaku yang dapat diterima secara baik oleh
kelompok.tahap ini terakhir pada saat para anggota mulai berfikir,bahwa mereka
merupakan bagian dari suatu kelompok.
2. Tahap Keributan (Stroming)
Ditandai
oleh adanya konflik didalam kelompok.para anggota menerima secara baik
eksistensi kelompok,tetapi melawankendala-kendala yang dikenakan oleh kelompok
terhadap individualitas.lebih lanjut ada konflik mengenai siapa yang akan
mengendalikan kelompok.tahap ini terakhir bila terdapat suatu hirarki yang
relative lebih jelas dari kepemimpinan kelompok.
3. Tahap Penormaan ( Norming)
Ditandai
oleh berkembangnya hubungan yang karib,dan kelompok memperagakan kekohesifannya
(kesalingtertarikannya / cohesiveness).ada rasa yang kuat akan identitas
kelompok dan persahabatan.tahap ini selesai bilastruktur kelompok telah kokoh
dan kelompok telah menyerap perangkat pengharapan dari apa yang didefinisikan
oleh perilaku anggota yang benar.
4. Tahap Pelaksanaan /
Pengerjaan (Perfoming)
Ditandai
oleh struktur yang telah sepenuhnya berfungsidan diterima dengan baik.energi
kelompok telah bergeser dari mencoba mengerti dan memahami satu sama lain kepelaksanaan
tugas di masa mendatang.
5. Tahap Penundaan
(Adjourning)
Pada tahap
ini kelompok mempersiapkan pembubaran.kinerja tugas yang tinggi tidak lagi
merupakan prioritas puncak kelompok yang berada pada tahapan ke 5 ini.sebagai
gantinya perhatian diarahkan kepada penyelesaian aktivitas-aktivitas.respon
anggota kelompok beraneka ragam,beberapa merasa puas,bersenang-senang dalam
prestasi kelompok,yang lainnya mungking murung karena akan hilangnya
persahabatan yang telah diperoleh selama kehidupan kerja kelompok.
E. CIRI
– CIRI KELOMPOK
Dalam kelompok dibagi beberapa ciri –
ciri sebagai berikut :
1. Terdapat dorongan atau motif yang sama antar
individu satu dengan yang lain (dapat menyebabkan terjadinya interaksi dalam
mencapai tujuan yang sama)
2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang
berlainan terhadap individu satu dengan yang lain berdasarkan rasa dan
kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat di dalamnya.
3.
Adanya penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari
peranan-peranan dan kedudukan masing-masing
dalam kegiatan anggota kelompok
untuk mencapai tujuan yang ada.
5.
Berlangsungnya suatu kepentingan
6.
Adannya pergerakan yang dinamika.
F. KONSEP
PERAN
Individu
sebagai makhluk sosial tidak bisa dihindarkan dengan interaksi sosial dan
bentuk-bentuk interaksi sosial yang dijalin. Dilain pihak individu juga tidak dapat lepas dari situasi tempat ia
berada dan situasi ini sangat
berpengaruh terhadap kelompok yang terbentuk akibat situasi tersebut.
G. MODEL
TERPADU DARI PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN KELOMPOK
Pengertian pembelajaran terpadu:
Pembelajaran
terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang mencoba memadukan beberapa
pokok bahasan. Salah satu diantaranya adalah memadukan pokok bahasan atau sub
pokok bahasan atau bidang studi, keterangan seperti ini disebut juga dengan
kurikulum (DEPDIKBUD, 1990: 3), atau pengajaran lintas bidang studi (Maryanto,
1994: 3).
Secara umum pembelajaran
terpadu pada prinsipnya terfokus pada pengembangan perkembangan kemampuat siswa
secara optimal, oleh karena itu dibutuhkan peran aktif siswa dalam proses
pembelajaran. Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat pengalaman langsung
dalam proses belajarnya, hal ini dapat menambah daya kemampuan siswa semakin
kuat tentang hal-hal yang dipelajarinya.pembelajaran terpadu juga suatu model
pembelajaran yang dapat dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran yang
melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna
kepada siswa.dikatakan bermakna pada pembelajaran terpadu artinya,siswa akan
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu mulai pengalaman langsung dan
menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah mereka pahami.hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh tim pengembang D-2 PGSD dan S-2 pendidikan dasar
(1997 : 17) yang mengatakan bahwa “ pembelajaran terpadu adalah suatu
pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa” Pada dasarnya pembelajaran terpadu
merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik individu
maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip
keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.